Sabtu, 19 Mei 2018

Memantaskan Diri Menjadi Gurunya Manusia demi Mewujudkan Sekolahnya Manusia


(Sebuah catatan tentang seminar Sekolahnya Manusia oleh Munif Chatib di Bumi Batara Guru [Sorowako, 19 Mei 2018])
 

Pendidikan adalah cahaya yang dapat menerangi hati dan pikiran agar kita dapat menjadi manusia seutuhnya dan memanusiakan manusia lainnya (#TM).

Ada beberapa catatan penting yang disampaikan pak Munif Chatib dalam seminar pendidikan kali ini, yaitu sebagai berikut.

1.        Desentralisasi pendidikan dengan memaksimalkan kearifan lokal sangat perlu diimplementasikan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia (akan dibahas dalam buku terbaru pak Munif Chatib, Kurikulumnya Manusia).

2.        Indonesia adalah zamrud khatulistiwa apabila kurikulumnya tepat, yaitu dengan mengintegrasikan karifan lokal (local wisdom).

3.        Manusia pembelajar adalah mereka yang tidak pernah merasa menjadi gajah di kandang sendiri.

4.        Pilar Sekolahnya Manusia
a.       Agent of change: menjadi agen perubahan (mengubah perilaku ke arah yang lebih baik – mengoptimalkan potensi anak).
b.      The best process: belajar berkualitas dan menyenangkan (menggunakan strategi mengajar yang tepat dan menyenangkan). Rumusnya: Gaya memgajar guru = gaya belajar siswa.
Misalnya: Movie learning, parodi (membuat materi pelajaran dalam bentuk lagu), performance (penampilan), dll. Ada lebih 200 metode mengajar yang dapat diterapkan guru di kelas.
c.       The best teachers (gurunya manusia): fasilitator, katalisator (pemantik), tidak terjangkit virus 4T (ngomong terus [perbanyak aksi/mengalami/mempraktikkan], buku ajar adalah segalanya [buku ajar harus hidup], task analisis [tujuannya apa, untuk apa dipelajari], tracking [pengelompokan, kelas unggulan]), menjadi teladan.
d.      Authentic assesment: menilai secara autentik (psikoafektif, psikomotorik, psiko-kognitif).
Kognitif mikir (nilai di atas kertas)
e.       Quality control: kontrol kualitas agar pilar 1-4 kontinu. Manajemen (Total quality management), guru (penilian kinerja), siswa (target kelulusan)

5.        Kecerdasan seorang anak tidak berhubungan dengan kondisi fisik, kondisi otak, dan hasil tes-tes standar. Kecerdasan adalah kebiasaan (perilaku yang diulang-ulang), berupa kreativitas dan problem solving.

6.        Temukan kecerdasan anak dengan MIR (Multiple Intelligences Research)  dan beri stimulus yang tepat sehingga mereka melahirkan kompetensi yang maksimal.
Analoginya: setiap botol memiliki cara (teknik) tersendiri untuk membukanya, begitupula dengan membuka pemikiran siswa, dibutuhkan teknik mengajar guru yang berbeda untuk setiap anak.
Salah satu caranya membuat angket/kuesioneruntuk siswa:
Tuliskan 5 masalah yang paling besar Anda alami saat ini!

7.        Guru harus menjadi teladan, orang tua, dan sahabat bagi siswa, namun guru harus pintar-pintar menempatkan diri pada tempatnya.

8.        Prestasi lahir dari kemampuan yang dibangun sejak kecil karena definisi prestasi begitu luas, bisa dalam hal sikap, kemampuan interpersonal, keterampilan, dkk.

9.        Cara menemukan keistimewaan setiap anak
a.       Samakan paradigma: Tidak ada anak yang bodoh
Ubah paradigma (pola pikir) dengan fakta kemudian landasi dengan teori, bukan sebaliknya (teori – fakta).
b.      Cari cara bagaimana melakukannya (how to)
Guru harus melihat sisi positif setiap siswa dan melakuan cara-cara atau pendekatan/teknik tertentu untuk memunculkan karakter positif tersebut.
c.       Berkomitmen untuk terus memperbaiki diri (belajar)
Guru harus menjadi insan pembelajar, belajar memantaskan diri menjadi guru.

10.    Bukan tentang jumlah siswa dalam satu kelas, melainkan tentang kualitas/kompetensi guru dalam menyajikan materi yang dapat melahirkan generasi emas untuk masa depan.


(Tamzir #TM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar