Rabu, 16 Maret 2016

Menjadikan Belajar Lebih Menyenangkan



Apakah Makna Kata “Belajar”?         
Kata belajar bukanlah kata yang asing bagi semua orang, khususnya pelajar. Mendengar kata belajar terkadang membuat seseorang pusing, bad mood, dan berusaha menepisnya cepat-cepat. Sebagian besar pelajar, yang notabene tujuan utamanya belajar, justru sengaja tidak belajar. Mereka memilih untuk berleha-leha, nongkrong dengan teman-teman mereka, menonton sinetron televisi, bahkan lebih banyak lagi yang memilih berselancar di dunia maya: facebook, line, BBM, Instagram, Path, dan aneka sosial media lainnya. Belajar menjadi hal yang sangat dibenci dan paling tidak menyenangkan.
Mendengar kata belajar, yang ada dalam pikiran sebagian orang adalah membaca buku yang mengakibatkan kantuk atau menulis angka dan menghafal rumus yang berjubel, berlapis-lapis tiada habis. Belajar tak serumit itu. Belajar bisa dimaknai sebagai sebuah refreshing atau reksreasi batin. Semua bergantung pada persfektif atau pandangan setiap orang. Apabila kita memandang belajar sebagai hal yang membosankan maka belajar akan membosankan, tidak menarik. Namun, apabila kita memandang belajar adalah hal yang menyenangkan maka belajar akan terasa menyenangkan, membahagiakan.
Para ahli mendefinisikan belajar secara beragam. Menurut James O. Whittaker (dalam Kurniawan, 2015) belajar adalah suatu proses agar perilaku yang dihasilkan atau dimodifikasi melalui pelatihan atau pengalaman, sedangkan menurut Winkel (dalam Kurniawan, 2015) belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Di sisi lain, Slameto (dalam Kurniawan, 2015) menjelaskan bahwa belajar adalah proses mencoba untuk mendapatkan perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Selain itu, Skinner (dalam Herry, 2011) memberikan definisi belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior adaption” yaitu bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Menurut Mc. Beach (dalam Herry, 2011) memberikan definisi mengenai belajar. “Learning is a change performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice). Hilgarde dan Bower (dalam Herry, 2011) mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, pematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. Menurut Thursan Hakim (dalam Herry, 2011) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain.
Jadi, sangatlah benar bahwa belajar bukan sekadar membaca materi ajar yang bertumpuk, menghafal rumus yang berlipat ganda, atau pun menyelesaikan tugas rumah yang diberikan, melainkan bagaimana kita mengubah perikau dengan hal-hal tersebut. Hakikat belajar adalah adanya usaha untuk memperbaiki diri, mengasah potensi yang dimiliki dan mengaplikasikannya atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar dapat memperoleh pemahaman baru yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perubahan ke hal-hal yang sifatnya positif, misalnya perubahan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Mengapa Harus Belajar?          
Manusia dilahirkan dengan akal pikiran dan keterampilan masing-masing. Sejak kecil atau bahkan sejak dilahirkan manusia sudah memulai proses belajarnya. Belajar mengenali ibunya (orang tua) atau pun lingkungannya. Saat berusia kanak-kanak, seorang anak belajar duduk, berdiri, berjalan, hingga akhirnya bisa berlari. Semua proses belajar itu berjalan secala almiah. Namun, ketika dihadapkan dengan belajar yang berhubungan dengan materi pelajaran, seolah mereka mangkir dari proses alamiah itu. Mereka mencari cara atau alibi untuk lepas dari tanggung jawab.
Tak ada satu manusia pun yang terlahir dan langsung bisa berjalan dengan baik. Begitu pun dengan pengetahuan. Tak ada manusia yang lahir dengan pengetahuan yang luar biasa. Semua harus melalui proses belajar. Jadi, jangan heran jika ada seorang anak yang lebih hebat dari orang yang usianya jauh di atas mereka karena ia rajin belajar. Ingat, belajar adalah proses yang harus dijalani secara terus-menerus untuk mendapatkan hasil maksimal. Begitu pun hidup. Manusia hidup untuk belajar, belajar lebih mengenal penciptanya. Jangan pernah letih untuk belajar.

Apa Saja Tujuan dan Manfaat Belajar?
Belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia, tanpa tujuan. Dengan belajar kita sudah melaksanakan kewajiban kita (perintah tuhan dan tanggung jawab hidup). Dengan belajar wawasan seseorang akan bertambah dan akan menambah kreativitas dan akan terampil menghadapi tantangan hidup. Dengan membiasakan diri untuk belajar, seseorang akan menjadi pribadi yang mandiri dalam menghadapi tantangan hidup.
Belajar adalah proses yang berjalan terus menerus dan akan mengembangkan pengetahuan, sikap, atau keterampilan sesorang. Dengan belajar kualitas moral seseorang akan semakin meningkat dan tingkat kecerdasannya akan bertambah. Tiada kerugian yang diperoleh bagi seseorang yang rajin belajar.

Kendala Apa Saja yang Sering Muncul dalam Belajar?           
Meski belajar menjajikan sejuta manfaat, terkadang tantangan dan hambatan datang silih berganti. Kendala ini dapat muncul dari dalam diri sendiri dan dapat pula muncul dari luar. Kendala yang paling sering muncul dari dalam diri sendiri adalah munculnya rasa bosan (jenuh) sehingga malas untuk melakukan aktivitas, terutama belajar. Selain itu, tidak adanya motivasi atau semangat juga menjadi kendala utama dalam belajar. Hal ini bisa mengakibatkan seseorang gampang lelah (untuk belajar), dan cepat mengantuk.
Kendala eksternal biasanya muncul dari luar diri seseorang, biasanya lebih dominan dipengaruhi oleh kurangnya perhatian orang tua. Orang tua yang sibuk bekerja dan tidak memerhatikan anaknya dapat berdampak pada semangat belajar, bahkan semangat hidup anaknya. Mereka merasa kekurangan perhatian dari orang tua hingga akhirnya akan mencari perhatian kepada orang lain. Salah satu tempat mereka mencari perhatian adalah guru. Namun, apabila mereka tidak mendapatkan tempat atau perhatian gurunya maka mereka akan mencari perhatian dari lingkungannya.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Jika ia tumbuh di lingkungan yang gemar belajar maka ia akan gemar belajar. Begitu pun sebaliknya, jika seorang anak tumbuh di lingkungan yang ogah-ogahan belajar maka ia tak acuh untuk belajar.

Bagaimana Menemukan Jiwa pada Saat Belajar?
Apa pun yang dilakukan jika sesuai dengan jiwa atau karakter kita maka ia akan terasa sangat menyenangkan dan menggembirakan. Hal ini pun sama dalam hal belajar. Jika kita sudah menjiwai pelajaran atau jika kita sudah merasa nyaman belajar, dilarang pun kita akan tetap melakukannya. Namun kebanyakan orang jika belajar (khususnya di kelas), mereka kehilangan jiwa. Raganya berada dalam kelas, namun jiwa sudah melanglang buana entah ke mana. Hal ini tidak boleh dibiarkan terus begitu saja. Kita harus melakukan perubahan, meski terasa sulit.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenali gaya belajar. Kita biasanya merasa nyaman pada saat kapan? Apakah kita lebih senang pada saat mendengar, membaca, melihat, atau bergerak? Dengan menegnali gaya belajar, kita dapat menyesuaikan gaya belajar kita dengan semua mata pelajaran (hal yang kita pelajari), bagaimana pun orang lain menyajikannya.
Selain gaya belajar, kita dapat menumbuhkan motivasi internal, motivasi dalam diri kita sendiri. Sehebat apa pun orang lain  memberikan motivasi, lebih hebat motivasi yang bersumber dalam diri. Ingat, setiap manusia adalah motivator hebat, minimal untuk dirinya sendiri. Menjadikan belajar sebagai suatu kewajiban yang akan dipertanggungjawabkan kepada sang pencipta adalah motivasi internal yang luar biasa. Motivasi selanjutnya yang perlu dikembangkan adalah motivasi eksternal. Menjadikan mereka yang kita cintai, sayangi, sebagai motivasi dalam belajar sangatlah perlu. Kita harus membayangkan perjuangan mereka, terutama orang tua, untuk membahagiakan kita. Jadi sudah sepantasnyalah kita membalas sebagian jeri payah mereka untuk membahagiakannya.
Dengan menumbuhkan motivasi internal dan eksternal, semua yang kita lakukan dalam hal kebaikan akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Semua yang dilakukan akan bernilai ibadah. Kita tidak akan putus asa sesulit apa pun pelajaran atau tantangan itu. Kita akan selalu berusa untuk mencintai tantangan yang ada. Kita tidak akan membencinya karena benci akan membuat semuanya jadi gelap, runyam.

Macam-Macam Gaya Belar
Menurut DePetter dan Hearchi (dalam Putra, 2013) tipe belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Sutanto (dalam Putra, 2013) membagi tipe belajar seseorang menjadi tiga yaitu, tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik.
Mereka dengan gaya belajar visual menyerap informasi dengan melihat hal yang ada di depan mereka dan menyimpan gambar di otak mereka. Mereka sering menikmati membaca, memiliki tulisan tangan yang bagus, sangat detail-riented, teratur, dan memiliki kesadaran yang tajam warna dan bentuk. Mereka cenderung memiliki kesulitan dengan petunjuk verbal dan mudah terganggu oleh kebisingan. Mereka dapat mengingat wajah orang-orang  lebih baik daripada nama-nama mereka, dan mereka sering harus mempertahankan kontak mata untuk melakukan percakapan dengan seseorang.
Mereka dengan gaya belajar auditori akan lebih serius dengan mendengar dan berbicara. Mereka sering berbicara lebih dari rata-rata orang, sangat sosial, menikmati mendengar cerita dan lelucon, memahami konsep-konsep dengan berbicara tentang mereka, dan mungkin unggul dalam musik atau seni pertunjukan. Kadangkala beberapa pembelajar auditori  membaca secara perlahan dan memiliki kesulitan dengan tulisan, susah untuk mengikuti petunjuk tertulis, dan sangat susah untuk tinggal diam untuk waktu yang lama. Mereka ingat nama dan mengenali nada suara dengan baik, sementara tidak selalu mengingat wajah orang-orang. Mereka sering bersenandung atau bernyanyi, dan mereka mungkin berbisik kepada diri mereka sendiri saat membaca.
Orang-orang dengan gaya belajar kinestetik belajar lebih baik dengan bergerak dan menyentuh benda-benda secara langsung. Mereka ingin menjelajahi alam bebas, sering sangat lincah, mungkin unggul dalam atletik dan seni pertunjukan, dan biasanya mengekspresikan perasaan mereka secara fisik, seperti dengan memeluk dan memukul. Mereka lebih suka mencoba keterampilan baru untuk diri mereka sendiri bukannya diberikan arah atau ditampilkan demonstrasi.
Mereka mungkin merasa sulit untuk duduk diam untuk jangka waktu yang lama dan  mengalami kesulitan untuk membaca dan mengeja. Mereka sering dianggap “sulit” dan salah didiagnosis dengan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pengajar telah menerima bahwa mereka hanya belajar dengan cara berbeda dan mendesak pendidik untuk mempertimbangkan kegiatan belajar yang lebih kinestetik.
Setiap orang memiliki gaya belajarnya sendiri. Apabila seseorang telah mengetahui gaya belajarnya dan mampu memaksimalkan dengan baik gaya belajar itu maka ia akan menjadi insan yang melampui dirinya sendiri. Dengan kata lain, ia dapat dengan mudah memahami hal yang dipelajarinya.

Tipe-Tipe Pembelajar
Dalam belajar atau menerima pelajaran, pembelajar dapat dianalogikan sebagai sebuah gelas. Dalam sebuah grup facebook, Kami Guru, dijelaskan secara detail tentang analogi seorang pembelajar. Seorang pembelajar dapat dianalogikan sebagai gelas penuh, gelas kosong, gelas berpenutup, gelas pecah, gelas Erlenmeyer, gelas bocor, dan gelas kosong berpenyaring.
Tipe gelas penuh diibaratkan kepada mereka yang enggan menerima ilmu dari suatu kegiatan pembelajaran, dikarenakan rasa diri yang sudah lebih pintar dan lebih hebat. Ketika diberikan suatu hal baru, mereka menanggapinya dengan skeptis, atau hanya sedikit menerimanya karena ilmu yang dimilikinya dirasa sudah lebih mumpuni. Seperti halnya gelas penuh yang kemudian dituangkan air, pasti kebanyakan akan meluber tumpah dan sisanya akan bercampur sedikit.
Tipe gelas kosong diibaratkan kepada mereka yang siap menerima ilmu secara penuh saat kegiatan pembelajaran secara terbuka dan sukarela. Entah mereka itu orang yang sudah ekspert atau belum dalam bidang tersebut, mereka tetap sukarela menampung apapun masukan dan ilmu yang didapat dari mentor/gurunya terkait hal yang dipelajarinya. Bagaikan gelas kosong yang siap diisi air apapun, dari manapun.
Tipe gelas berpenutup diibaratkan kepada mereka yang menolak suatu pembelajaran dan benar-benar menutup diri dari suatu hal yang baru, entah dikarenakan mereka sudah ‘terisi’ atau belum. Biasanya direpresentasikan kepada seseorang yang malas untuk menuntut ilmu atau menuntut ilmu dengan penuh keterpaksaan sehingga tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Tipe gelas pecah diibaratkan kepada mereka yang sama sekali tidak siap menerima pelajaran. Fisik mereka ada di tempat belajar, tetapi pikiran mereka terkesan entah di mana. Biasanya ini direpresentasikan kepada orang yang tidak konsentrasi dalam kegiatan pembelajaran atau orang yang berpikiran kosong ketika menerima pelajaran. Seperti air yang dituangkan kedalam gelas pecah yang sudah hancur lebur, bahkan seperti air yang ditumpahkan tanpa gelas. Meluber tanpa ada media yang mewadahinya.
Tipe gelas Erlenmeyer diibaratkan kepada mereka yang cenderung kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan, bukan kesulitan berdasarkan motivasi, tetapi kesulitan yang berdasarkan teknis. Semisal pelupa, sulit menangkap, dll. Hal ini seperti air yang dituangkan ke dalam pipet yang memiliki lubang yang jauh lebih kecil dapiada gelas, walaupun volumenya sama. Untuk mengantisipasinya diperlukan ‘corong’ untuk membantu penuangan air agar lebih mudah.
Tipe gelas bocor diibaratkan kepada mereka yang cenderung mudah lupa ketika mendapatkan suatu materi pembelajaran. Seperti gelas bocor yang airnya akan terus berkurang. Solusi dari hal ini adalah diperlukannya ‘penambal’, yang dalam hal ini adalah media-media pengingat semisal catatan atau hal lain yang dapat membantu dalam menjaga daya ingat.
Tipe gelas kosong berpenyaring merupakan tipe yang paling recomended. Diibaratkan kepada mereka yang siap menerima ilmu secara penuh saat kegiatan pembelajaran secara terbuka dan sukarela, tetapi memiliki filter untuk menyerap mana yang baik dan menyaring mana yang kurang baik untuk berikutnya. Karena memang setiap orang tidak ada yang sempurna, dan tugas kita adalah mengambil kebaikan dari setiap orang dan membuang kekurangannya. Seperti gelas yang berpenyaring, ketika dituangkan teh maka akan dapat menampung air yang jernih dan membuang ampas-ampasnya.

Quotes Para Ahli Tentang Belajar
Get over the idea that only children should spend their time in study.  Be a student so long as you still have something to learn, and this will mean all your life.  ~Henry L. Doherty
“Aturlah ide layaknya anak kecil yang habiskan waktu mereka saat belajar. Jadilah penuntut ilmu selama kau masih memiliki sesuatu untuk dipelajari, dan hal ini akan menjadi tujuan seluruh hidupmu”

I am learning all the time.  The tombstone will be my diploma.  ~Eartha Kitt
“Aku belajar setiap waktu. Batu nisan akan menjadi ijazahku.”

“Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya” – Mahatma Gandhi

“Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini” – Malcolm X

“Seseorang yang berhenti belajar adalah orang lanjut usia, meskipun umurnya masih remaja. Seseorang yang tidak pernah berhenti belajar akan selamanya menjadi pemuda” -Henry Ford

“Tujuan dari belajar adalah terus tumbuh. Akal tidak sama dengan tubuh, akal terus bertumbuh selama kita hidup” – Martimer Adler

“Berpikir adalah kegiatan tersulit yang pernah ada. Oleh karena itu hanya sedikit yang melakukannya” – Henry Ford

“Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh.” – Albert Einstein

“Belajar memang bukan satu-satunya tujuan hidup kita. Tetapi kalau itu saja kita tidak sanggup atasi, lantas apa yang akan kita capai” – Shim Shangmin

“Sekolah maupun kuliah tidak mengajarkan apa yang harus kita pikirkan dalam hidup ini. Mereka mengajarkan kita cara berpikir logis, analitis dan praktis.” – Azis White

“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan” – Mario Teguh

“Adalah baik untuk merayakan kesuksesan, tapi hal yang lebih penting adalah untuk mengambil pelajaran dari kegagalan” – Bill Gates

“Jika seseorang bepergian dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan menjadikan perjalanannya seperti perjalanan menuju surga” – Nabi Muhammad SAW


Referensi
Anakcerdas.net. 2013. Ini Dia 3 Tipe Cara Belajar yang Penting untuk Anda Ketahui. http://www.anakcerdas.net/3-tipe-cara-belajar-yang-penting-untuk-anda-ketahui/. Diakses pada Senin, 14 Maret 2016.
Anakunsri. 2014. Kata Motivasi Belajar. http://anakunsri.com/kata-motivasi-belajar/. Diakses pada Senin, 14 Maret 2016.
Herry. 2011. Pengertian Belajar Menurut Para. Ahli. https://herrystw.wordpress.com/2011/05/23/pengertian-belajar-menurut-para-ahli/. Diakses pada Senin, 14 Maret 2016.
Kami Guru (Grup Facebook). 2016 Mengenal 7 TIPIKAL Pembelajar Via Analogi Gelas. https://www.facebook.com/kamiguruhebat/photos/pcb.735067653259623/735067339926321/?type=. Diakses pada Senin, 14 Maret 2016.
Kurniawan. 2015. Pengertian Belajar Menurut Para. Ahli Pendidikan. http://www.gurupendidikan.com/101-pengertian-belajar-menurut-para-ahli-pendidikan/. Diakses pada Senin, 14 Maret 2016.
Putra. 2013. Mengenal Tipe Belajarmu. https://sandurezu.wordpress.com/2013/02/05/mengenal-tipe-belajarmu-visual-auditori-atau-kinestetik/. Diakses pada Senin, 14 Maret 2016.






2 komentar:

  1. oke banget. lanjutkan ya. Buku motivasi yang penuh manfaat. Semoga terbit

    BalasHapus