Sebuah kisah yang begitu
apik dari pinggiran Kapuas, Pontianak, yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan.
Tentang cinta sejati, persahabatan, ke-keluarga-an, tentang saudara yang
taksedarah. Dalam novel-novelnya, Tere Liye selalu mengingatkan bahwa Tuhan
adalah penulis skenario terbaik tentang hidup dan kehidupan dan sang manusia
hanya butuh menerima.
Berikut quotes yang indah yang
bisa menjadi petuah dalam novel Kau, Aku,
dan Sepucuk Angpau Merah.
Benci
dan suka itu relatif. Lama-lama terbiasa, lama-lama jatuh cinta. Kalau perasaan
saja bisa menyesuaikan diri begitu hebat, apalagi diri kita. (hlm. 23)
Jika
kalian berurusan dengan mereka yang galak tanpa senyum, sapalah dia dengan menyebut
namanya, bersahabat, maka urusan jadi gampang seketika. (hlm. 25)
Apapun
pekerjaan kau jika dikerjakan dengan tulus, ia menjadi pekerjaan yang mulia.
(hlm. 29)
Kau
tahu apa yang bisa dengan segera membuat tampang kusut mencair seperti mentega
lumer di penggorengan? Sederhana, kau bolak-balik sedikit saja hati kau.
Sedikit saja, dari rasa dipaksa menjadi sukarela, dari rasa terhina menjadi
dibutuhkan, dari rasa disuruh-suruh menjadi penerimaan. (hlm. 58 – 59)
Kau
tahu, orang yang paling bersyukur di dunia ini adalah orang selalu makan dengan
tamunya. sebaliknya, orang yang paling tidak tahu untung adalah yang selalu
saja mengeluhkan makanan di hadapannya. (hlm. 121)
Perasaan
adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih
luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan,
kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat
harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap
berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang.
(hlm. 132)
Sembilan
dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita. Dibuat-buat sendiri,
dibesar-besarkan sendiri. (hlm. 133)
Kita
tidak pernah tahu masa depan. Dunia ini terus berputar. Perasaan bertunas,
tumbuh mengakar, bahkan berkembang biak di tempat yang paling mustahil dan
tidak masuk akal sekalipun. Perasaan-perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan
orang yang salah. (hlm. 146)
Masa
muda adalah masa ketika kita bisa berlari secepat mungkin, merasakan perasaan
sedalam mungkin tanpa perlu khawatir menjadi masalah. (hlm. 164)
Cinta
itu beda-beda tipis dengan musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan
membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti. (hlm. 167)
Cinta
sejati adalah perjalanan. Cinta sejati tidak pernah memiliki ujung apalagi
muara. Cinta sejati memiliki siklus yang tidak pernah terhenti. (hlm. 168)
Cinta
adalah perbuatan. Kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta, tetapi
kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi. (hlm. 168)
Cinta
adalah kebiasaan. Kau takkan bisa membayangkan betapa indah proses transformasi
perasaan dari sekadarsahabat menjadi seseorang yang spesial. (hlm. 170)
Cinta
adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong. (hlm. 173)
Apapun
usaha yang kau jalankan kelak, cara terbaik agar langgeng adalah berpikir
sebaliknya dari orang-orang. (hlm. 182)
Di
dunia ini terkadang urusan yang dicari sering kali menjauh-jauh, sebaliknya,
urusan urusan yang tidak dicari malah mendekat-dekat. (hlm.184)
Cinta
sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya.
Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru
sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, Khawatir, cemas, serta bebrbagai
perangai norak lainnya. Tidak usahlah gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan
sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan. (hlm.
194)
Terkadang
dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang,
sambil tersus melakukan apa yang bisa dilakukan. (hlm. 210)
Cinta
bukan kalimat gombal, cinta adalah komitmen tidak terbatas, untuk saling
mendukung, untuk selalu ada, baik senang maupun duka. (hlm. 221)
Sakit
perasaan memang kadang bisa membuat badan ikut sakit. Menghela napas terasa
berat, sepi di tengah keramaian, dan sebaliknya ramai di tengah kesepian. (hlm.
249)
Banyak
sekali orang yang jatuh cinta lantas sibuk dengan dunia barunya itu. Sibuk
sekali, sampai lupa keluarga sendiri, teman sendiri. Padahal, siapalah orang
yang tiba-tiba mengisi hidup kita itu? Kebanyakan orang asing, orang baru.
(hlm. 257)
Habiskan
masa-masa sulit kau dengan teman terbaik, maka semua akan lebih ringan. (hlm.
258)
Tidak
ada yang mudah dalam cinta. Biarkan semua mengalir seperti air di sungai. Maka
kita lihat, apakah aliran perasaan itu akan semakin membesar hingga tiba di
muara atau habis menguap di tengah perjalanan. (hlm. 278)
Sepanjang
kita punya mimpi, punya rencana walau kecil, tapi masuk akal, tidak boleh
sekalipun rasa sedih, rasa tidak berguna itu datang mengganggu pikiran. (hlm.
282)
Cinta
selalu saja misterius. Jangan diburu-buru, atau kau akan merusak jalan
ceritanya sendiri. (hlm. 288)
Tip
ngedate ala bang Togar (hlm. 293):
Ø Pertama,
jadilah diri sendiri. Alangkah banyaknya pencinta yang justru berusaha tampil
hebat, keren, gagah, sampai dia lupa menjadi dirinya sendiri.
Ø Kedua, jadilah
pendengar yang baik.
Ø Ketiga, pusatkan
perhatian pada dirinya.
Ø Tutuplah
dengan kalimat, “Aku senang menghabiskan
waktu bersamamu.”
Jangan
sesekali biarkan prasangka jelek, negatif, buruk, apalah namanya itu muncul di
hati kita. Selalulah berprasangka positif. Selalulah berharap yang terbaik. Karena dengan berprasangka baik saja hati masih
sering ketar-ketir memendam duga, menyusun harap, apalagi dengan prasangka
negatif, tambah kusut pikiran kita. (hlm. 299)
Perasaan
tidak sesederhana satu ditambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan
itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja
dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan. (hlm. 355)
Rasa
sedih melihat teman baik menangis ternyata bisa berubah menjadi semangat
menggebu tiada tara. Rasa pilu melihat teman baik teraniaya, bahkan bisa
mengubah seorang pengecut menjadi panglima perang. (hlm. 362)
Rasa
senang, rasa sedih sedih, itu semua soal pengharapan. Tetaplah tersenyum lega. (hlm.
379)
Sejatinya,
rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi dipamer-pamerkan. semakin
sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita
mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa
memang sesuka itu. (hlm. 428)
Cinta
tidak pernah bisa dipaksakan, bukan? (hlm. 429)
Cinta
hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan perasaan senang,
gembira, dan sedih. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpalan
perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan,
terus menggmpal, membesar. Coba saja kaucueki, kaulupakan, maka gumpal cinta
itu juga dengan cepat layu. (hlm. 430)
Cinta
bisa tumbuh kapan saja, hanya butuh sedikit membuka hati. (hlm. 476)
Ketika
situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani, jangan pernah
merusak diri sendiri. (hlm. 479)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar