Kamis, 15 September 2016

Pekat Ke-366

Gerimis berbincang dengan pekat begitu asyik
Derik malam hanya bisa menggoda dari istananya
Lolongan hewan malam terlelap dalam riuh alam
Rembulan dan gemintang memilih memadu kasih di balik awan

Kali ini memang tak ada bau basah tanah
Namun, hujan selalu punya cara tersendiri untuk kembali

Entah apa yang berubah dari setahun silam
Lekuk-lekuk malam masih sama
Nyanyian-nyanyian alam tak berubah
Syair-syair hujan masih saja serupa
Tak ada yang berbeda

Kutatap lamat-lamat bayangan imaji
Kutemui ia yang semakin gelap,
Samar tak berbentuk
Aku tersuruk
Remuk

PepperEarth, 15 September 2016

Senin, 12 September 2016

Kembali

Kembali melipat jarak Wanua Massengereng - Bumi Nikel untuk kesekian kalinya
Pepohonan berlarian, gemintang berkejaran, rembulan mengiringi
Setidaknya 10 Dzulhijjah kali ini tak lagi bersua dengan paradoks atau pun metafora-metafora yang menggantung di ubun-ubun
Kali ini telah kutemukan definisi "pulang" dan "kembali" yang sesungguhnya
Ia memang serupa, tapi tak sama
Teruntuk sejumput rasa yang menggantung di kaki-kaki pekat
Aku kembalikan kau kepada sang pemilikmu
Biarkan Ia menidurkannya hingga waktunya untuk terjaga, pulang.

WanuaMassengereng, 12 September 2016

Sabtu, 10 September 2016

Aku Ingin (Part II)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti doa yang selalu kurapal di penghujung sujud
Hanya aku dan Tuhan yang tahu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti kata "Aamiin" yang menjadi penutup segala harapan baik
Dari sang manusia kepada sang pencipta

WanuaMassengereng, 10 September 2016

Senin, 05 September 2016

Jikalau (Janji)

Jika kau mulai jenuh dengan rutinitasmu
Menengadahlah sembari pejamkan mata
Resapi bisikan sepoi tentang doa-doaku
Kelak aku kan temuimu dalam nyata

Kalau kau mulai bosan dengan kisahmu
Bacalah sajak-sajak yang kutulis tentangmu
Temukan aku dalam setiap diksi yang kupilih
Kau akan tahu betapa kuinginkanmu

Apabila kau mulai lelah dengan rindu
Merebahlah pada senja yang damai
Di sanalah tempatku beristrahat
Melukis wajahmu dengan mega-mega jingga

Tatkala waktu telah merestui
Tanpa desakan angin dan badai pun
Aku tetap datang, berlutut; bersimpuh
Meminta-Nya menggenapkanmu denganku

Bersabarlah ....

PepperEarth, 5 September 2016

Minggu, 04 September 2016

Pekat Ke-355

Peredaran bumi mengitari matahari kembali pada titik awal
Hari berganti malam tanpa pernah terlambat
Mentari datang dan pergi tanpa pernah meragu
Adakah kau akan sama hingaa waktu benar-benar pergi?

Aku hanyalah kumpulan kata-kata tiada makna tanpa kehadiranmu
Tak ada yang bisa kuterjemah
Tak ada yang mampu kuartikulasi
Karena denganmu adalah kesempurnaan

Kini,
Malam kembali sunyi
Derik pekat telah terlelap
Redup kunang-kunang termakan kelam
Mungkinkah lelap kan berlabuh pada mimpi indah?

Esok,
Fajar kan mengecupmu
Mentari kan kembali
Cerita baru akan lahir
Berbahagialah...

PepperEarth, 1 Zulhijjah 1437H

Jumat, 02 September 2016

Tanda Tanya

Agustus telah pergi sejak kemarin
Jejak-jejaknya masih terlihat
Hujan semalam tak mampu menghapusnya
Justru embun pagi semakin menampakkannya

Tak terasa hari berganti begitu cepat
Baru saja kemarin kita meneguk cawan pertama Agustus
Sekarang kita telah duduk bersila di Jumat pertama September

Akankah berkah itu terus tercurah seperti kemarin?
Mungkinkah semua cita kan berbuah nyata kali ini?

Dan,
Mungkinkah kita akan bertatap, bersapa, dan berkisah dalam satu cerita?

Semua masih dalam tanda tanya
Terjaga utuh dalam genggaman sang pemberi hidup
Setidaknya aku tetap menjengukmu dalam doa-doa khusuk
Meski kau dan aku tak saling tahu,

Tak saling bicara

Bumi Nikel, 2 September 2016


Kamis, 01 September 2016

Senja Ke-363

Detak detik telah menjadi melodi
Sepoi mengalun membentuk harmoni
Siang malam terus berganti
Tahun pun berlalu dan pergi
Kembali ku memejamkan mata
Menelusuri lipatan lorong waktu
Kutemui beragam rupa dengan sejuta kisah
Kisah yang tak bisa kuterjemah satu per satu
Ku terus berlari
Berkejaran dengan waktu yang begitu garang
Aku menoleh,
Kutemukan sepotong kisah tentangmu
Yeah, tentangmu yang tak pernah kukenali
Meski begitu nyata wujudmu
Suaramu merambat merdu
Semerbak harummu memabukkan
Aku betul-betul lupa
Aku amnesia tentang kusahku sendiri
Kembali ku bergegas
Sinar jingga telah menghadang
Membentang bak permadani indah
Aku berdecah kagum
Aku menengadah
Kembali suaramu memanjakan telinga
Kupandangi senyummu yang melengkung
Begitu manis laksana gerhana setengah cincin
Seketika aku melayang, membumbung
Segar nafas tubuhmu kian menyejukkan
Melepas dahaga
Kupeluk kau dengan erat
Namun, kau menjelma: serupaku
Aku tersesat di negeri antah berentah
Ku buka mata,
Aku masih di sini
Memandang senja yang samar
Temaram pun mulai menyapa
Ia mengecup kening malam yang malang
PepperEarth, 1 September 2016

Senja Ke-353

Detak detik telah menjadi melodi
Sepoi mengalun membentuk harmoni
Siang malam terus berganti
Tahun pun berlalu dan pergi

Kembali ku memejamkan mata
Menelusuri lipatan lorong waktu
Kutemui beragam rupa dengan sejuta kisah
Kisah yang tak bisa kuterjemah satu per satu

Ku terus berlari
Berkejaran dengan waktu yang begitu garang
Aku menoleh,
Kutemukan sepotong kisah tentangmu
Yeah, tentangmu yang tak pernah kukenali

Meski begitu nyata wujudmu
Suaramu merambat merdu
Semerbak harummu memabukkan
Aku betul-betul lupa
Aku amnesia tentang kusahku sendiri

Kembali ku bergegas
Sinar jingga telah menghadang
Membentang bak permadani indah
Aku berdecah kagum
Aku menengadah

Kembali suaramu memanjakan telinga
Kupandangi senyummu yang melengkung
Begitu manis laksana gerhana setengah cincin

Seketika aku melayang, membumbung
Segar nafas tubuhmu kian menyejukkan
Melepas dahaga

Kupeluk kau dengan erat
Namun, kau menjelma: serupaku
Aku tersesat di negeri antah berentah

Ku buka mata,
Aku masih di sini
Memandang senja yang samar
Temaram pun mulai menyapa
Ia mengecup kening malam yang malang

PepperEarth, 1 September 2016