Minggu, 12 Oktober 2014

Gerimis di Tengah Kemarau Oktober

Bukan cinta yang membuatku jatuh
Terhempas dalam luka dalam
Bukan pula sayang yang membuatku lemah
Hingga tak mampu menikmati kelam

Aku cuma tak ingin berseteru dengan perisai
Aku tak mau berseteru dengan imaji
Atau tak hendak berseteru dengan badai
Aku hanya ingin bersahabat dengan suratan Ilahi

Namun, apa daya
Hati begitu sempit
Warna-warna indah mental begitu saja
Hati begitu mudah terbolak-balikkan

Ketegaran yang dulu bertakhta
Kini telah menjadi bumerang
Ia menjadikan segala penjuru sebagai musuh
Ia memberontak dan mangkir dari nurani
Meski tak ada niat tuk melukai siapapun
Namun, selalu saja ada aksioma yang lahir
Di setiap aksi brutalnya

Aku cuma merindukan kehangatan yang pernah kita miliki
Aku hanya tak ingin mati  dan terkubur dalam kesedihan ini
Aku begitu jenuh dengan semua kebekuan yang abadi
Aku begitu merindukan bingkisan kisah indah penuh arti
Kisah yang pernah kita ikrarkan akan selalu ada di hati

Yah, aku sangat merindukan itu
Aku telah terjebak dalam ruang imaji
Terjebak dalam kekhawatiran yang tak beralasan
Takut akan kehilanganmu adalah neraka bagiku

Ternyata benar adanya,
"Sahabat adalah jiwa yang berada pada tubuh orang lain"

Aku begitu lemah tanpanya
Hilang dan terombang-ambing
Kacau
Tak menentu
Kelam
Tak berwarna

Namun, hidup harus terus berjalan
Bukankah sahabat adalah ujian?
Bukankah sahabat harus terlahir tanpa seteru?

Ya, persahabatan memang ibarat pelangi
Ia akan tampak tatkala gerimis dan mentari bersua
Ya, aku berharap pelangi itu akan bertakhta 
Meski gerimis berkepanjangan menyapa kita

Ya, harapku seperti itu ....

:) ;)

(Teruntuk sahabatku, saudara, teman, dan adik yang ku kenal di akhir Agustus 2013, Pasca-Idul Fitri 1434 Hijriah)

(Bumi Nikel, 12 Oktober 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar