Minggu, 28 April 2019

35 Quotes Tere Liye dalam Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah



Sebuah kisah yang begitu apik dari pinggiran Kapuas, Pontianak, yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Tentang cinta sejati, persahabatan, ke-keluarga-an, tentang saudara yang taksedarah. Dalam novel-novelnya, Tere Liye selalu mengingatkan bahwa Tuhan adalah penulis skenario terbaik tentang hidup dan kehidupan dan sang manusia hanya butuh menerima.
Berikut quotes yang indah yang bisa menjadi petuah dalam novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah.
Benci dan suka itu relatif. Lama-lama terbiasa, lama-lama jatuh cinta. Kalau perasaan saja bisa menyesuaikan diri begitu hebat, apalagi diri kita. (hlm. 23)
Jika kalian berurusan dengan mereka yang galak tanpa senyum, sapalah dia dengan menyebut namanya, bersahabat, maka urusan jadi gampang seketika. (hlm. 25)
Apapun pekerjaan kau jika dikerjakan dengan tulus, ia menjadi pekerjaan yang mulia. (hlm. 29)
Kau tahu apa yang bisa dengan segera membuat tampang kusut mencair seperti mentega lumer di penggorengan? Sederhana, kau bolak-balik sedikit saja hati kau. Sedikit saja, dari rasa dipaksa menjadi sukarela, dari rasa terhina menjadi dibutuhkan, dari rasa disuruh-suruh menjadi penerimaan. (hlm. 58 – 59)
Kau tahu, orang yang paling bersyukur di dunia ini adalah orang selalu makan dengan tamunya. sebaliknya, orang yang paling tidak tahu untung adalah yang selalu saja mengeluhkan makanan di hadapannya. (hlm. 121)
Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang. (hlm. 132)
Sembilan dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita. Dibuat-buat sendiri, dibesar-besarkan sendiri. (hlm. 133)
Kita tidak pernah tahu masa depan. Dunia ini terus berputar. Perasaan bertunas, tumbuh mengakar, bahkan berkembang biak di tempat yang paling mustahil dan tidak masuk akal sekalipun. Perasaan-perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan orang yang salah. (hlm. 146)
Masa muda adalah masa ketika kita bisa berlari secepat mungkin, merasakan perasaan sedalam mungkin tanpa perlu khawatir menjadi masalah. (hlm. 164)
Cinta itu beda-beda tipis dengan musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti. (hlm. 167)
Cinta sejati adalah perjalanan. Cinta sejati tidak pernah memiliki ujung apalagi muara. Cinta sejati memiliki siklus yang tidak pernah terhenti. (hlm. 168)
Cinta adalah perbuatan. Kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta, tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi. (hlm. 168)
Cinta adalah kebiasaan. Kau takkan bisa membayangkan betapa indah proses transformasi perasaan dari sekadarsahabat menjadi seseorang yang spesial. (hlm. 170)
Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong. (hlm. 173)
Apapun usaha yang kau jalankan kelak, cara terbaik agar langgeng adalah berpikir sebaliknya dari orang-orang. (hlm. 182)
Di dunia ini terkadang urusan yang dicari sering kali menjauh-jauh, sebaliknya, urusan urusan yang tidak dicari malah mendekat-dekat. (hlm.184)
Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, Khawatir, cemas, serta bebrbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan. (hlm. 194)
Terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil tersus melakukan apa yang bisa dilakukan. (hlm. 210)
Cinta bukan kalimat gombal, cinta adalah komitmen tidak terbatas, untuk saling mendukung, untuk selalu ada, baik senang maupun duka. (hlm. 221)
Sakit perasaan memang kadang bisa membuat badan ikut sakit. Menghela napas terasa berat, sepi di tengah keramaian, dan sebaliknya ramai di tengah kesepian. (hlm. 249)
Banyak sekali orang yang jatuh cinta lantas sibuk dengan dunia barunya itu. Sibuk sekali, sampai lupa keluarga sendiri, teman sendiri. Padahal, siapalah orang yang tiba-tiba mengisi hidup kita itu? Kebanyakan orang asing, orang baru. (hlm. 257)
Habiskan masa-masa sulit kau dengan teman terbaik, maka semua akan lebih ringan. (hlm. 258)
Tidak ada yang mudah dalam cinta. Biarkan semua mengalir seperti air di sungai. Maka kita lihat, apakah aliran perasaan itu akan semakin membesar hingga tiba di muara atau habis menguap di tengah perjalanan. (hlm. 278)
Sepanjang kita punya mimpi, punya rencana walau kecil, tapi masuk akal, tidak boleh sekalipun rasa sedih, rasa tidak berguna itu datang mengganggu pikiran. (hlm. 282)
Cinta selalu saja misterius. Jangan diburu-buru, atau kau akan merusak jalan ceritanya sendiri. (hlm. 288)
Tip ngedate ala bang Togar (hlm. 293):
Ø  Pertama, jadilah diri sendiri. Alangkah banyaknya pencinta yang justru berusaha tampil hebat, keren, gagah, sampai dia lupa menjadi dirinya sendiri.
Ø  Kedua, jadilah pendengar yang baik.
Ø  Ketiga, pusatkan perhatian pada dirinya.
Ø  Tutuplah dengan kalimat, “Aku senang menghabiskan waktu bersamamu.”
Jangan sesekali biarkan prasangka jelek, negatif, buruk, apalah namanya itu muncul di hati kita. Selalulah berprasangka positif. Selalulah berharap yang terbaik.  Karena dengan berprasangka baik saja hati masih sering ketar-ketir memendam duga, menyusun harap, apalagi dengan prasangka negatif, tambah kusut pikiran kita. (hlm. 299)
Perasaan tidak sesederhana satu ditambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan. (hlm. 355)
Rasa sedih melihat teman baik menangis ternyata bisa berubah menjadi semangat menggebu tiada tara. Rasa pilu melihat teman baik teraniaya, bahkan bisa mengubah seorang pengecut menjadi panglima perang. (hlm. 362)
Rasa senang, rasa sedih sedih, itu semua soal pengharapan. Tetaplah tersenyum lega. (hlm. 379)
Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi dipamer-pamerkan. semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu. (hlm. 428)
Cinta tidak pernah bisa dipaksakan, bukan? (hlm. 429)
Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan perasaan senang, gembira, dan sedih. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpalan perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggmpal, membesar. Coba saja kaucueki, kaulupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu. (hlm. 430)
Cinta bisa tumbuh kapan saja, hanya butuh sedikit membuka hati. (hlm. 476)
Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani, jangan pernah merusak diri sendiri. (hlm. 479)


Pergi (Part 1)

Tentang sebuah perjalanan, tinggal adalah sementara, sedangkan pergi adalah abadi - cepat atau lambat. Bukannya takcinta, namun takdir adalah segalanya.

(PepperEarth, 13 April 2019)

Sabtu, 13 April 2019

Pergi (Part 2)

Pergi memang meninggalkan, namun tidak berarti melupakan. Kita masih bisa bersua meski hanya lebih sering menyatu dalam kenangan.

(PepperEarth, 13 April 2019)