Rindu adalah salah
satu buah pena Tere Liye, penulis yang mampu membius pembaca lewat untain kata
yang begitu apik. Kalimatnya ringan, mudah dipahami, namun sarat akan makna. Novel
ini disusun dengan deskripsi yang sangat detail. Tokoh, penokohan, dan latar
cerita begitu kawin (menyatu). Tidak ada bagian yang patah. Berikut 25 Quotes
Tere Liye dalam novel Rindu yang mampu menggetarkan hati.
Hanya dua alasan yang membuat seseorang memutuskan pergi sejauh
mungkin. Satu karena kebencian yang amat besar, satu lagi karena rasa cinta
yang amat dalam. (Tere Liye – Rindu: 33)
Sangat menyenagkan sekali jika cinta sejatimu adalah sahabat terbaikmu.
(Tere Liye – Rindu: 89)
Kita boleh jadi membenci atas kehidupan ini, boleh kecewa, boleh marah.
Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya
sendiri. Akan dia rawat kapalnya hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir.
Maka jangan rusak kapal kehidupan milikmu hingga dia tiba di dermaga
terakhirnya. (Tere Liye – Rindu: 284)
Lari dari kenyataan hanya akan menyulitkan diri sendiri. Semakin keras
kau berusaha lari, semakin kuat cengkeramannya. Semakin kencang kau
berteriakmelawan, semakin kencang pula gemanya memantul, memantul, dan memantul
memenuhi kepala. (Tere Liye – Rindu: 312)
Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri
gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. (Tere Liye – Rindu: 312)
Peluklah masa lalumu. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan, dia akan
memudar sendiri. Disisram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebih
bahagia. (Tere Liye – Rindu: 312)
Saat kita tertawa,hanyakitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia
atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam kesedihan. Orang lain hanya
melihat wajah. Saat menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah
tangis itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh
kebahagiaan. (Tere Liye – Rindu: 313)
Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar dan membuktikan apa pun kepada siapa pun
bahwa kita baik. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain.
Pada akhirnya, kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang baik atau
tidak. (Tere Liye – Rindu: 313)
Berhenti lari dari kenyataan hidup. Berhenti cemas atas penilaian orang
lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin. (Tere Liye – Rindu: 315)
Selalu menyakitkan saat kita membenci sesuatu. Apalagi jika itu
ternyata membenci orang yang seharusnya kita sayangi. (Tere Liye – Rindu: 372)
Saat kita membenci orang lain, sebenarnya kita membenci diri sendiri.
Terima dengan sepenuh hati, maka kau akan bahagia dengan pilihanmu. (Tere Liye
– Rindu: 373)
Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, bukan persoalan orang itu
salah dan kita benar. Apakah orang itu jahat atau aniaya. Bukan! Kita
memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati.
(Tere Liye – Rindu: 374)
Kesalahan itu ibarat halaman kosong.
Tiba-tiba ada yang mencoretnya dengan keliru. Kita bisa memaafkannya dengan
menghapus tulisan tersebut, baik dengan penghapus biasa, maupun dengan
penghapus canggih, dengan apa pun itu. Tapi tetap tersisa bekasnya. Tidak akan
hilang. Agar semuanya benar-benar bersih, hanya satu jalan keluarnya , bukalah
lembaran kertas baru yang benar-benar kosong. (Tere Liye – Rindu: 376)
Lahir atau mati adalah takdir Allah. Kita tidak
bisa menebaknya. Kita tidak bisa memilih orang tua, tanggal, tempat, ... tak
bisa. Itu hak mutlak Allah. Kita tidak bisa menunda atau memajukannya walau sedetik.
(Tere Liye – Rindu: 470)
Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan
kita, apakah kita bahagia, apakah kita suka. Takdir bahkan basa-basi menyapa
pun tidak. Kita tak dapat mengendalikannya, namun kita dapat mengendalikan diri
sendiri untuk menyikapinya. Bersedia menerimanya atau mendustakannya. (Tere
Liye – Rindu: 471)
Biarkan waktu mengobati seluruh kesedihan,
semoga kita lapang hati menerimanya. (Tere Liye – Rindu: 472)
Mulailah melihat suatu kejadian dari
kacamata yang berbeda. (Tere Liye – Rindu: 472)
Cinta sejati adalah melepaskan. Semakin
sejati perasaan itu, semakin tulus kau melepaskannya. Besok lusa, jika dia
cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. (Tere Liye – Rindu:
492)
Kisah-kisah cinta di dalam buku itu,
dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tapi
kisah cinta manusia adalah Allah.
Dia (Allah)-lah pemilik cerita sempurna di muka bumi
ini. (Tere Liye – Rindu: 492)
Cinta yang baik selalu mengajari kau agar
menjaga diri. Tidak melanggar batas, tidak melewati kaidah agama. (Tere Liye –
Rindu: 376)
Cinta itu ibarat bibit tanaman. Jika dia
tumbuh di tanah yang subur, disiram dengan pupuk pemahaman yang baik, dirawat
dengan menjaga diri, maka tumbuhlah dia dengan pohon berbuah lebat dan lezat.
Tapi jika bibit itu tumbuh di tanah yang kering, disiram dengan racun maksiat,
dirawat dengan niat jelek, maka tumbuhlah dia menjadi pohon meranggas, berduri,
berbuah pahit. (Tere Liye – Rindu: 493)
Jika harapan dan keinginan belum tergapai,
belum terwujud maka teruslah memperbaiki diri sendiri, teruslah belajar. (Tere
Liye – Rindu: 493)
Wahai laut yang temaram, apalah arti memiliki? Ketika diri kami sendiri
bukanlah milik kami.
Wahai laut yang lengang, apalah arti kehilangan? Ketika kami sebenarnya
menemukan saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat
menemukan.
Wahai laut yang sunyi, apalah arti cinta? Ketika kami menangis terlukaatas
perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami tertunduk patah hati
atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai laut yang gelap, bukankah banyak
kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan
saat kami dlam rindu hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja. (Tere
Liye – Rindu: 495)
Menulis adalah salah satu cara terbaik
menyebarkan pemahaman. (Tere Liye – Rindu: 501)
Lawanlah kemungkaran dengan tiga hal. Dengan
tanganmu, tebaskan pedang penuh gagah berani, dengan lisanmu, sampaikan dengan
perkasa. Atau dengan benci di dalam hati, tapi itu sungguh selemah-lemahnya
iman. (Tere Liye – Rindu: 532)
By: #TM