Jumat, 26 Desember 2014

Maaf

Engkau tahu,
Kita terkadang menilai nikmat sebagai petaka
Namun, apa kau tahu?
Tuhan kan tetap memberikan nikmat itu
Karena Ia tahu bahwa kita butuh


Manusia memang tempatnya salah
Begitupun dengan aku
Mungkin aku salah mengartikan hadirmu

Hanya maaf yang bisa terucap
Berharap kau tetap di sini
Karena kubutuhkanmu

Kamis, 11 Desember 2014

Berkaca

Menilik masuk kedalam hati
Menelusuri setiap lekuk jiwa
Banyak rupa yang tak kukenali
Begitu banyak luka yang menganga
Ini bukan tentang cinta ataupun sejenisnya

"Ini bukan rupaku"
Teriakku dalam kebisuan
Namun, semakin ku berdalih
Semakin jelas bahwa itu aku

Kini aku tersungkur
Sesekali mengisak tangis pilu
Terlalu jauh aku terjatuh
Tersesat
Menghilang....

Bumi Nikel,  11 Desember 2014

Rabu, 10 Desember 2014

Bersahabat dengan Rindu

Rindu pun akan menjadi indah
Bukan lagi sesak yang menyeruak
Kali ini aku akan mendekapmu hangat
Sesekali mengecup keningmu
Aku tak mencerca dan mengutukmu seperti kemarin
Biarlah rupamu kusimpan dalam kotak kenangan
Biarlah kamu bersenda gurau dengan perisai di sana
Tenang, sesekali aku akan menjengukmu
Akan kuceritakan semua kisahku
Tak ada yang aku sembunyikan
Jadilah pendengar setia untukku
Setidaknya sebagian rupaku kembali saat ini
Dan senyumku tak lagi kosong

BumiNikel, 10 Desember 2014

Selasa, 09 Desember 2014

Ujung Senja 9 Desember

Akhirnya bermuara pada ujung senja 9 Desember. Hari ini sangat berat. Entah apa yang akan terjadi. Rasa sepi dan sendiri kembali bergolak. Mungkin ini karena fatamorgana maya atau ilusi nyata. Entahlah, aku hanya merasa selalu begini sejak aku dititpkan ingatan oleh tuhan.

Senin, 08 Desember 2014

Ikrar dan Nyata

Untung saja manusia diciptakan untuk lahir dan mati hanya sekali. Kalau tidak, mungkin aku telah mati berkali-kali setiap kali ku membunuh rasa ini. Mungkin harus meregang nyawa, namun itu tak sebanding dengan perih yang dirasakan jiwa. Entah apa yang membuatnya begitu tertatih. Rasa ini telah membuat umur melayang percuma. Tapi, ini lebih bermakna daripada harus tersesat dalam kepandiran. Ikrar demi ikrar terjalin, namun semua hanya isapan jempol belaka.